Tak ada yang menyangka bahwa dari keluarga nelayan yang hanya fokus menangkap ikan di laut kini bisa melebarkan sayapnya ke usaha lainnya, salah satunya adalah usaha es balok.
Semua berawal dari kebutuhan. Kala
itu saat hasil tangkapan meningkat, pastinya dibutuhkan es batu untuk
mengawetkan hasil tangkapan sebelum didistribusikan ke lokasi penjualan. Entah
itu pasar tradisional sekitar kampung hingga pasar yang ada di provinsi.
Seringkali terjadi saat tangkapan
lagi banyak-banyaknya, maka kami harus menyisir semua penjual es batu yang ada
dari kecamatan hingga kabupaten. Proses ini pastinya membutuhkan waktu lama
untuk mendapatkan jumlah es batu yang diharapkan, hingga akhirnya memutuskan
untuk membeli es balok di kecamatan berjarak 30 kilometer dari tempat kami.
Seiring berjalannya waktu, dari hasil
tangkapan akhirnya bisa melebarkan usaha ke tambak. Masalah utama lagi-lagi
adalah ketersediaan es batu. Jika sebelumnya hanya menggunakan es batu dalam
puluhan kilogram, kali ini sudah meningkat hingga ratusan kilogram. Mau nggak
mau kebutuhan es baloknya juga meningkat.
Berawal Dari Masalah Jarak dan Waktu
Awalnya sih, sudah terbiasa membeli
es balok. Tetapi karena lama kelamaan sering kehabisan, akhirnya harus membeli
es balok di kabupaten yang jaraknya 60 kilometer dari rumah dengan waktu tempuh
sekitar 1 hingga 1.5 jam. Jika pergi dan pulang ditambah dengan aktivitas
pemindahan es balok, bisa memakan waktu hingga 4 jam.
Kebayang banget kan, sudah jaraknya
jauh waktu yang dibutuhkan juga lama. Belum lagi biaya operasional pulang
pergi. Akhirnya setelah mempertimbangkan banyak hal, mulai memikirkan untuk
memiliki usaha pembuatan es balok sendiri.
Tujuan awalnya untuk mendukung hasil
panen ikan dan udang saat ini. Adapun sisanya, bisa diperjualbelikan ke yang
membutuhkan.
Dari sini terpilih lokasi strategis
versi kami. Letaknya berada di jalan trans Sulawesi menghubungkan antara
kecamatan Sausu, dan Kabupaten Poso. Berbagai persiapan dilakukan, mulai
pembelian lahan, pengiriman mesin pembuat es balok dari Surabaya dan Jakarta
hingga pemasangan trafo khusus untuk supply listrik. Semua dijalankan bertahap
dan memulai operasional enam bulan setelah semua persiapan selesai.
Biaya Operasional Terbesar
Saat usaha pencetakan es balok ini
berjalan, kami mulai memutuskan untuk mempertimbangkan harga jual terlebih
dahulu agar ada keuntungan dari biaya operasional. Hingga muncullah angka 14
ribu untuk setiap satu es balok.
Pikiran kami, angka ini cukup untuk
menunjang operasional saat ini yaitu biasa 2 orang pekerja dan listrik bulanan.
Lama-kelamaan, ternyata informasi usaha pencetakan es balok kami terdengar oleh
para pembeli lainnya, harganya pun kompetitif sehingga setiap minggu selalu
saja ada langganan baru. Otomatis, jumlah produksi es balok juga ikut
meningkat.
Karena memang, biaya operasional
tertinggi adalah listrik maka mau nggak mau tagihan bulanan juga ikut
meningkat. Hal inilah yang kami jalankan terus-menerus.
Peluang Efisiensi Listrik
Meskipun awalnya usaha cetak es balok
ini adalah pendukung usaha lainnya, bukan berarti kami tidak menganalisis cara
meningkatkan margin. Hingga terpikirkan, gimana sih caranya untuk menghemat
pengeluaran listrik.
Bayangin saja coba, jika listrik mati 6 jam otomatis selama itu tidak ada proses pencetakan es balok. Hal ini diperparah lagi, es balok yang sudah dicetak berpeluang kembali cair. Makanya peluang solar panel terlihat menjanjikan.
Perkembangan Teknologi Solar Panel
Saat mulai melirik penggunaan
teknologi panel surya, pastinya kami harus mempelajari dengan detail biaya
operasional yang akan muncul ke depan. Ternyata saat ini, ada dua mekanisme
pemasangan solar panel yaitu sistem beli putus dan sistem sewa. Masing-masing
menawarkan keunggulan tersendiri dengan perhitungan biaya yang berbeda-beda.
kami sih tertarik dengan sistem beli
putus agar tidak ada lagi biaya tambahan per bulan yang perlu kami keluarkan.
Ditambah lagi informasi yang beredar saat ini bahwa solar panel sudah bisa
digabungkan dengan sistem IoT listrik hemat sehingga bakal mempermudah aplikasi
ke depannya.
Berbicara terkait IoT, jelas
membutuhkan layanan internet. Kebetulan banget di kecamatan tempat tinggal saya
sudah ada layanan IndiBiz, jadi nggak perlu repot lagi mikirin urusan
konektivitasnya.
Apalagi saat ini Indibiz menyediakan solusi digital terintegrasi antara konektivitas dan digital tools. Solusi tersebut benar-benar bisa disesuaikan dengan kebutuhan usaha es balok yang dijalankan jika diintegrasikan dengan IoT listrik hemat.
Makanya berharap banget nantinya, jika sistem energi ramah lingkungan untuk bisnis ini kami apply ke usaha pembuatan es balok bisa menekan biaya operasional. Nggak berharap lebih sih, syukur-syukur bisa menurunkan minimal 10 persen. Lumayan kan untuk meningkatkan margin sekaligus mengatasi masalah listrik yang terkadang mati hingga 6 jam.
Kami selalu open dengan urusan efisiensi, apalagi untuk bisnis. Berharap banget sih, sistem energi ramah lingkungan yang berbasis IoT ini nantinya benar-benar bisa membantu. Bisnis lancar tanpa kendala, sekaligus menggunakan energi ramah lingkungan. Insya Allah
comment 0 komentar
more_vert