MASIGNASUKAv102
1508570391356967755

Cara Milenial Ikut Aktif Dalam Menjaga Hutan

Cara Milenial Ikut Aktif Dalam Menjaga Hutan
Add Comments
3 June 2023

Eh bro, bukannya ini musim kemarau ya? Kok masih ada hujan saja. Apalagi sekarang sudah tidak menentu musimnya. Apakah ini yang dinamakan efek perubahan iklim?

Menjaga Hutan

Saya masih ingat dengan jelas, pelajaran IPA kala SD. “Indonesia itu hanya ada dua musim. Musim kemarau april hingga september dan musim penghujan di bulan oktober hingga maret”. Tetapi ternyata fakta berkata lain, bulan Juni seperti saat ini ternyata masih sering terjadi hujan. Bingung nggak sih.

Kebingungan akan musim seperti ini, hanyalah salah satu dari sekian banyak masalah yang timbul akibat perubahan iklim.

Jujur, awalnya sih tidak terlalu paham apa hubungannya gaya hidup dengan perubahan iklim, hingga tersadar bahwa ternyata itu saling berhubungan dengan jelas. Loh kok bisa? Bisa banget dong ya. Tahu sendiri kan ya, kalau berangkat kantor lebih senang bawa mobil pribadi dibandingkan menggunakan angkutan umum dengan berbagai pembenaran alasan.

Padahal nih ya, semakin banyak orang yang menggunakan mobil pribadi berbahan bakar minyak bumi maka polusi berupa gas CO2 dan CO bakal semakin banyak. Ini lah yang menyebabkan efek rumah kaca sebagai salah satu penyebab perubahan iklim yang tidak stabil.

Kok bisa sih, efek rumah kaca menjadi salah satu penyebabnya? Layaknya rumah yang terbuat dari kaca begitulah penggambaran bumi yang kita huni dengan atmosfer.

Jika efek rumah kaca terjadi maka panas yang berasal dari matahari, itu tidak bisa diteruskan keluar menembus atmosfer bumi setelah dipantulkan oleh permukaan bumi. Panas tersebut akan terakumulasi di atmosfer bumi dan efeknya adalah bumi akan terasa hangat.

Karena bumi terasa lebih hangat, dampaknya pun berimbas ke berbagai kawasan mulai dari es di antartika mencair, banjir terjadi, kekeringan yang terus menerus di daerah lain hingga munculnya berbagai jenis penyakit. Ini semua efek dari perubahan iklim.

Terus, kita harus ngapain agar bumi tempat kita tinggal ini jadi lebih nyaman? Salah satunya dengan menjaga hutan. Tahu sendiri kan ya, kalau hutan itu berfungsi sebagai paru-paru dunia. Ingat, paru-paru dunia yang menghasilkan oksigen untuk kebutuhan makhluk hidup termasuk manusia dengan merubah CO2 sebagai gas penyebab rumah kaca pada proses fotosintesis menjadi oksigen.

Belajar Menjaga Hutan dari Masyarakat Adat

Pernah nggak sih terpikirkan kalau hutan kita di Indonesia, dari tahun ke tahun mengalami penurunan jumlah alias deforestasi? Kalau kayak gini terus, bisa jadi loh anak cucu kita tidak bisa hidup nyaman karena hutannya perlahan-lahan hilang.

Itulah mengapa, saya salut banget dengan berbagai orang yang peduli akan keberlangsungan hutan. Mereka yang tinggal di hutan sudah terbiasa membuat aturan adat tersendiri agar sustainable hutan terjaga. Seperti yang dilakukan oleh Agustinus Pius Inam bersama masyarakat adat yang tinggal di sekitar Sungai Ulik, Kalimantan Barat. Mereka memberlakukan hukum adat pelarangan penebangan hutan keramat atau hutan lindung.

Masyarakat Adat

Para masyarakat adat sangat taat akan aturan ini. Mereka menjaga hutan keramat layaknya kawasan sendiri. Karena bagi mereka, hutan keramat ini juga memberikan penghidupan buat sekitarnya sekaligus menjaga sumber air.

Kehadiran mereka bisa membantu hutan agar tidak mengalami deforestasi dengan membagi-bagi wilayah hutan sesuai fungsinya. Beberapa kawasan hutan dibagi menjadi hutan produktif, hutan lindung dan hutan cadangan. Aturan perlindungan hutan pun sangat ketat dijalankan secara turun temurun. Tujuannya jelas, agar mereka bisa hidup sekaligus melestarikan hutan sebagai sumber penghidupan.

Cara Milenial Ikut Aktif Dalam menjaga Hutan

Sebagai generasi milenial, urusan menjaga hutan juga bisa banget loh dilakukan. Apalagi dengan kemajuan teknologi sekarang, semua informasi bisa dengan mudah di akses. Termasuk didalamnya, langkah tepat dalam menjaga hutan.

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan oleh para milenial dalam menjaga hutan seperti yang disampaikan oleh Kak Tian selaku perwakilan dari @HutanItuID dalam online gathering #EcoBloggerSquad

1. Cerita Tentang Hutan

Cerita tentang hutan pastinya tidak terlepas terkait akan pentingnya kehadiran hutan. Manfaat hutan mulai dari penghasil oksigen, menjaga air tanah hingga membantu dalam menjaga iklim itu harus diketahui dengan baik. Sehingga akan tercipta narasi-narasi positif untuk bergerak bersama demi kelestarian hutan.

Bukan hanya sampai disitu saja, cerita-cerita akan dampak negatif jika hutan mengalami kepunahan juga perlu untuk digaungkan. Karena tidak semua orang akan tertarik jika hanya menceritakan hal-hal positif saja. Itu lah mengapa hal negatif akan kerusakan hutan dan dampaknya perlu untuk disampaikan.

2. Wisata ke Hutan

Kaum milenial identik dengan kaum yang suka liburan. Nah, agar semakin cinta akan hutan  makanya nggak ada salahnya loh jika memilih hutan sebagai destinasi wisata. Saya sendiri pun sangat senang dan merasa tenang jika berlibur ke hutan.

Wisata ke Hutan
Keindahan Ranu Kumbolo
Selain menikmati udara sejuk untuk menenangkan pikiran, wisata ke hutan juga memberikan banyak pengetahuan akan berbagai fungsi dan manfaat tanaman yang berada di hutan. Dan, satu lagi. Ada banyak pemandangan indah dengan berbagai atraksi bisa dinikmati kala berlibur ke hutan. Seperti menikmati keindahan Ranu Kumbolo di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru atau hanya sekadar menikmati air terjun yang berada di hutan. Pastinya wisata ke hutan akan meningkatkan bonding kepedulian keberadaan hutan untuk selalu dijaga kelestariannya.

3. Donasi Adopsi Hutan

Donasi itu nggak melulu dalam bentuk barang, tetapi donasi itu juga bisa dalam bentuk adopsi hutan. Mulai dari program donasi pohon untuk kemudian dilakukan penanaman pohon tersebut di berbagai hutan di Indonesia. Menariknya, program donasi hutan ini, bisa dilakukan oleh semua kalangan dan dengan biaya yang cukup terjangkau, bahkan lebih murah dari segelas minuman boba kekinian yaitu sebesar 10 ribu rupiah.

Melalui program donasi adopsi hutan ini, maka akan memberikan efek jangka panjang. Para pelaksana kegiatan di lapangan akan memberikan laporan jenis tanaman dan tagging nama kita serta perkembangan tanaman tersebut dalam 1 tahun terakhir. Menarik banget kan. 

Adopsi Hutan

4. Konsumsi Hasil Hutan Bukan Kayu

Mungkin masih banyak yang tidak menyadari bahwa hutan itu bukan hanya menghasilkan kayu doang loh. Tetapi banyak banget dari tanaman hutan yang bisa dimanfaatkan sekaligus di konsumsi. Sebut saja, Durian.

Durian menjadi salah satu tanaman yang sering tumbuh di hutan. Rasanya yang manis dan aromanya yang harum menjadi daya tarik tersendiri. Begitupun dengan madu hutan. Ada banyak hutan di kalimantan menghasilkan madu hutan yang bisa dikonsumsi untuk kesehatan.

Semakin sering mengkonsumsi hasil hutan non kayu, maka semakin bertambah rasa cinta kita akan keberadaan hutan.

5. Merayakan Hari Hutan Indonesia

Berbicara tentang perayaan, kehadiran hutan pun butuh untuk dirayakan agar setiap orang bisa lebih peduli akan kehadiran hutan. Saat ini, hari hutan sedunia dirayakan setiap tanggal 21 Maret. Nah, khusus di Indonesia juga adalah hari hutan Indonesia yang jatuh pada tanggal 7 Agustus.

Dengan perayaan Hari Hutan Indonesia maka pengetahuan dan berbagai program perlindungan hutan semakin bertambah. Apalagi pada saat perayaannya, menghadirkan para pakar yang ahli dalam bidang kehutanan.

Saya sih yakin. Melalui 5 cara sederhana ini, para milenial akan semakin cinta dan peduli akan keberlangsungan hutan. Apalagi, jika melihat dampak perubahan iklim saat ini. Bersama kita bisa dalam menjaga kelestarian hutan.

Talif

Saat ini selain sebagai blogger juga bekerja sebagai technical team khususnya dalam dunia kimia perminyakan.