MASIGNASUKAv102
1508570391356967755

Anak Penderita Imunokompromais Juga Berhak Untuk Imunisasi

Anak Penderita Imunokompromais Juga Berhak Untuk Imunisasi
Add Comments
19 April 2023

Tak ada orang tua, yang ingin membiarkan anaknya terkena penyakit. Termasuk bagi mereka anak berkebutuhan khusus.

imunisasi
Jujur, saya masih ingat dengan jelas kala masa kecil dahulu dan memiliki tetangga yang mengalami disabilitas tuna rungu. Menariknya meskipun tuna rungu, yang bersangkutan tetap bisa beraktivitas seperti biasanya. Kebiasaan-kebiasaan warga pesisir mulai dari memancing, pasang pukat, menghitung jumlah ikan hasil melaut hingga bermain dengan rekan-rekan sejawat juga tidak luput untuk dia lakukan. Meskipun memang untuk urusan pendengaran yang berdampak ke komunikasi sangat terbatas.

Keterbatasan ini lah yang membuat sang anak, tidak berani untuk mengenyam pendidikan sekolah formal. Apalagi dukungan orang tua yang minim ke arah sana. Hingga suatu hari, sang kakak dari rekan yang tuna rungu ini meninggal dunia karena penyakit kuning.

Awalnya sih, bagi mereka penyakit kuning ini sudah menjadi penyakit turun temurun. Jadi, nggak perlu untuk menjadi perhatian khusus. Hingga pada suatu hari, bidan desa datang pasca kematian sang kakak dan menjelaskan bahwa penyakit kuning bisa dihindari dengan imunisasi.

Mendengar penjelasan bidan desa, sontak langsung memberikan angin segar sekaligus pengharapan untuk memutus rantai penyakit kuning di keluarga mereka. Bahkan untuk si anak yang menderita tuna rungu.

Kala Si Anak Tuna Rungu Berpeluang Menderita Imunokompromais

Mungkin banyak yang belum tahu bahwa para penderita disabilitas sangat rentan mengalami imunokompromais. Tetapi karena faktor ketidaktahuan keluarga dan masyarakat sekitar membuat kondisi ini terlihat samar-samar.

Padahal, penderita imunokompromais seharusnya membutuhkan perlakuan khusus termasuk di dalamnya untuk urusan imunisasi.

“Imunokompromais merupakan suatu keadaan saat terdapat kelainan pada fungsi normal sistem kekebalan tubuh, menyebabkan anak lebih rentan terhadap suatu infeksi (Dina Muktiarti, Komnas PP KIPI)”

Nah, kelainan fungsi normal kekebalan tubuh ini bisa disebabkan oleh faktor primer yaitu genetik atau karena faktor sekunder seperti infeksi virus berbahaya HIV, proses pengobatan kemoterapi dan imunosupresan atau kondisi lainnya seperti malnutrisi hingga disabilitas.

Padahal, baik anak normal maupun penderita tuna rungu juga bisa terserang berbagai penyakit termasuk penyakit kuning. Makanya penting sekali untuk mengetahui dan menyadari sedini mungkin akan kondisi si anak tuna rungu apakah mengalami gejala imunokompromais atau tidak.

Untungnya ish kala itu, bidan kampung benar-benar support dan memberikan informasi terkait hal apa saja yang seharusnya dipersiapkan buat si anak tuna rungu tersebut. Tetapi satu yang pasti, bahwa baik anak normal maupun anak penderita imunokompromais memiliki hak yang sama untuk mendapatkan imunisasi lengkap seperti yang tertuang dalam Undang Undang kesehatan No 36 Tahun 2009.

“Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi. Selain itu, pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak”.

Imunisasi Untuk Anak Penderita Imunokompromais

Berbicara tentang imunokompromais pastinya tidak terlepas dengan kondisi anak yang mengalami disabilitas. Faktanya adalah penyandang  imunokompromais memiliki resiko lebih rentan terhadap penyakit PD3I yang meliputi polio, hepatitis B, pertusis, difteri, haemophilus influenzae tipe B, campak dan tetanus.

Disabilitas
Ilustrasi Anak Disabilitas (sumber: ixabay.com)
Bahkan menurut Juliyanti dalam karya ilmiah berjudul Aktinomisetoma Koinfeksi Dengan Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus tahun 2018 menyebutkan bahwa sebagian besar penyakit misetoma lebih mudah terjadi infeksi pada penderita imunokompromais. Itu lah mengapa, penderita imunokompromais juga wajib dilakukan imunisasi. Tetapi, perlu memperhatikan beberapa hal antara lain:

1. Jadwal imunisasi

Layaknya anak sehat lainnya, penderita imunokompromais juga bisa dilakukan imunisasi sesuai jadwal rutin. Jadi, tidak perlu menentukan jadwal khusus. Hanya saja perlu diperhatikan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dan ini harus dipantau khusus, apakah KIPI muncul efek dari jadwal pemberian imunisasi atau bukan sehingga bisa dilakukan penanganan yang tepat.

2. Jenis vaksin imunisasi yang diberikan

Jika anak normal, pemberian vaksin imunisasi bisa menggunakan vaksin hidup dan vaksin mati. Nah, berbeda dengan anak penderita imunokompromais perlu dikaji lebih lanjut. Tetapi umumnya, vaksin mati aman untuk digunakan bagi anak penderita imunokompromais.

3. Kontraindikasi

Berbicara terkait kontraindikasi bagi penyandang imunokompromais, biasanya disebabkan oleh vaksin hidup. Itu lah mengapa penting sekali untuk memperhatikan kontraindikasi ini, agar pemberian vaksin tepat sasaran, baik dari segi pemilihan jenis vaksin hingga proses penanganan nantinya. Beberapa imunisasi yang berpeluang menyebabkan kontraindikasi bagi anak penderita imunokompromais antara lain adalah imunisasi BCG, OPV dan MR.

Peran Keluarga Untuk Menjaga Kondisi Anak Penderita Imunokompromais Agar Bisa Tetap Sehat

Bagi sebagian penderita imunokompromais ternyata ada juga loh yang memiliki riwayat penyakit yang benar-benar tidak memungkinkan untuk diberikan vaksin. Beberapa diantaranya seperti penderita penyakit autoimun sistemik seperti lupus dan sergen viskulitas.

Nah, jika hal ini terjadi, maka perlunya peran keluarga yang berada satu rumah dengan penderita untuk melakukan vaksin lengkap. Tujuannya jelas, agar dalam keluarga tersebut tercipta Herd Immunity atau kekebalan masyarakat. Sehingga membantu si anak penderita imunokompromais terhindar dari penyakit yang tidak diinginkan.

Vaksin
Ilustrasi Vaksin (sumber: Pixabay.com)
Sekadar informasi terkait konsep herd immunity yaitu konsep perlindungan bersama, dimana jika dalam satu kelompok sebagian besar sudah melakukan imunisasi, maka proses penyebaran penyakit menular bisa dikendalikan dengan baik karena sudah terbentuk kekebalan komunitas. Dan hal ini lah yang menjadi support system penderita imunokompromais yang benar-benar tidak bisa dilakukan imunisasi.

Sejalan dengan hal ini, agar tercipta herd immunity di seluruh pelosok negeri kementerian kesehatan akan memperkuat rantai logistik vaksin agar proses distribusi vaksin bisa berjalan lancar sampai Puskesmas terujung dan terluar sekalipun di Indonesia. Apalagi, kemenkes mendapatkan 330 unit refrigerator vaksin dari Japan International Cooperation Agency (JICA) yang akan melengkapi rantai logistik pengelolaan vaksin di Indonesia.

Menurut Dirjen Maxi, “Refrigerator vaksin ini didistribusikan ke 232 kabupaten/kota di 32 provinsi di Indonesia. Proses distribusinya sudah dimulai sejak Desember 2022. Pendistribusian refrigerator vaksin ini dapat menambah kapasitas rantai dingin di level provinsi untuk mendukung layanan imunisasi”.

Pastinya bisa diprediksi ke depannya dengan berbagai fasilitas dan kerjasama yang dijalin oleh pihak Kemenkes maka proses imunisasi bisa menjangkau masyarakat lebih luas dan mendukung terciptanya herd immunity. Termasuk bagi keluarga penyandang disabilitas.

Bersama Saling Mendukung

Kini zamannya sudah berbeda. Imunisasi sudah menjadi hal wajib agar terhindar dari penyakit yang tidak diinginkan. Melalui lembaga resmi pemerintah seperti Kemenkes seharusnya sudah cukup baik dalam mensosialisasikan manfaat vaksin hingga ke pelosok negeri.

Ini semua dilakukan agar vaksin yang diberikan bisa melindungi anak Indonesia, bukan hanya anak normal tetapi juga bagi anak penyandang disabilitas. Layaknya tema PID, “Ayo Lindungi Diri, Keluarga, dan Masyarakat dengan Imunisasi Lengkap”.

Tugas kita sebenarnya sederhana, cukup mendukung dan menyebarkan hal positif akan manfaat vaksin demi terwujudnya herd immunity di lingkungan kita berada. Mulai dari lingkungan keluarga kita sendiri hingga lingkungan masyarakat. Saya sih yakin, jika semua sadar akan manfaat vaksin maka bukan hal mustahil, para penderita disabilitas juga bisa terlindungi. Bersama pasti bisa.

 

Referensi:

https://www.kemkes.go.id/article/view/23020100001/kemenkes-perkuat-rantai-logistik-vaksin-untuk-daerah-terpencil.html

Karya Ilmiah berjudul, “Aktinomisetoma Koinfeksi Dengan Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus” oleh Juliyanti tahun 2018

Transformasi dari Imunisasi dasar Lengkap ke Imunisasi Rutin Lengkap oleh Dr. Sulistya Widada selaku Direktorat Pengelolaan Imunisasi Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan RI

Vaksinasi Aman, Jangan Takut Imunisasi oleh dr Dina Muktiarti selaku Komnas PP KIPI

 

Talif

Saat ini selain sebagai blogger juga bekerja sebagai technical team khususnya dalam dunia kimia perminyakan.