“Bukankah setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan? Tetapi faktanya tidak semua orang bisa menikmatinya. Kondisi ekonomi adalah salah satu faktor yang membuat hak pendidikan seorang anak harus pupus”.
Menjadi buruh bangunan dan kerja serabutan adalah hal biasa bagi masyarakat Ulujadi, Kota Palu. Bagi mereka, pendidikan tidaklah penting. Asal bisa membaca, menulis dan menghitung itu sudah lebih dari cukup sebagai modal untuk bekerja. Makanya tidak heran, jika banyak anak usia remaja putus sekolah di sekitar daerah ini.
Jangankan untuk biaya sekolah, untuk urusan makan sehari-hari saja masih belum tentu terpenuhi. Maka mau tidak mau, sekolah adalah nomor terakhir yang akan dipilih. Pilihan pertamanya sangat jelas, tentang bagaimana bisa makan hari ini dengan menjadi buruh serabutan atau pekerja bangunan dengan gaji harian. Sesederhana itu pola berpikirnya.
Kehadiran sekumpulan anak remaja yang putus sekolah membuat hati dan pikiran Pak Surya Dharma gelisah. Sebagai seorang guru, pastinya hal ini mengusik hati nurani beliau. Hingga muncullah ide untuk mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Khatulistiwa di Kota Palu sebagai sekolah gratis non formal untuk seluruh masyarakat yang ingin lanjut sekolah hingga jenjang pendidikan 12 tahun.
Sebuah Proses Panjang
“Sekolah gratis” mungkin terdengar menggembirakan sekaligus memberikan angin segar buat mereka yang putus sekolah karena alasan ekonomi. Tetapi ternyata, proses pencarian peserta didik tidak semudah itu.
Meskipun secara konsep dan pelaksanaan pembelajaran benar-benar 100 persen gratis, tetap saja banyak tidak percaya. Banyak warga yang memiliki anak putus sekolah masih enggan untuk mendaftarkan anaknya di PKBM Khatulistiwa yang mulai didirikan sejak tahun 2013.Lokas PKBM Khatulistiwa di jalan Cemara kota Palu
Di benak mereka terpikirkan, “jangan-jangan hanya janji manis saja gratis dan ujung-ujungnya bakal bayar juga”. Karena memang faktanya kala itu, pendidikan formal maupun non formal memerlukan biaya selama proses pembelajaran. Padahal, konsep sekolah gratis yang diusung PKBM Khatulistiwa sudah dipikirkan dengan matang hasil dari pengalaman dan pengamatan pak Surya di Yayasan pendidikan sebelumnya.
Tantangan seperti ini, tidak membuat pak Surya mengurungkan niatnya mencari murid putus sekolah untuk dibimbing hingga mendapatkan ijazah. Melalui DKM Masjid di sekitar Ulujadi, pak Surya mengutarakan maksud dan tujuannya sehingga bisa diumumkan kala sebelum pelaksanaan sholat Jumat.
Gayung bersambut, pihak DKM Masjid memberikan lampu hijau. Informasi terkait sekolah gratis non formal selalu diumumkan setiap hari jumat sebelum pelaksanaan sholat Jumat. Dari situlah, sekolah gratis ini menjadi perbincangan dan mengetuk satu per satu hati jamaah yang hadir.
Tidak butuh waktu lama, dari bibir ke bibir. Tetangga ke tetangga. Warung ke warung, informasi ini sampai ke sasaran yang tepat. Hingga terkumpul sekitar 20 orang remaja usia produktif tetapi putus sekolah yang ingin belajar di PKBM Khatulistiwa.Proses pembelajaran di PKBM Khatulistiwa
Dengan semangat mengembalikan hak pendidikan anak yang putus sekolah di Ulujadi, aktivitas PKBM Khatulistiwa di jalan Cemara No 202, kota Palu mulai berjalan. Pak Surya dan dibantu dengan 4 orang lainnya membimbing 20 orang remaja tersebut.
Sistem pembelajaran disusun menggunakan sistem modul. Setiap anak akan belajar sesuai modul dua hari dalam seminggu yaitu hari sabtu dan minggu. Proses pembelajaran bukan hanya fokus untuk mendapatkan ijazah tetapi juga memberikan kegiatan layaknya ekstrakurikuler di sekolah formal berupa pelatihan komputer, fotografi dan penguasaan bahasa Inggris.
Menurut pak Surya Dharma, “PKBM Khatulistiwa bukan hanya sekadar pelaksanaan sekolah gratis untuk mendapatkan ijazah setara sekolah formal. Tetapi lebih dari itu. Para peserta didik dipersiapkan dengan berbagai keterampilan bersertifikat yang mereka sukai sebagai keahlian pasca lulus”.
Perjuangan Merajut Kembali Pendidikan 12 Tahun Pasca Gempa Palu
Hari Jumat, 28 September 2018 kota Palu diguncang gempa bumi berkekuatan 7,4 skala richter (SR) yang disusul dengan gelombang tsunami dan likuifaksi. Korban jiwa berjatuhan, reruntuhan bangunan berserakan. Palu terlihat layaknya ‘kota mati’. Semua aktivitas berfokus di area posko pengungsian. Setelah beberapa hari dan dirasa aman, barulah para warga kembali ke rumah. Melihat sisa harapan yang ingin dirajut kembali.
Kejadian maha dahsyat ini juga membuat aktivitas di PKBM Khatulistiwa lumpuh beberapa minggu. Semua berfokus untuk menata kondisi masing-masing. Apalagi lokasi PKBM Khatulistiwa di jalan Cemara dekat dengan salah satu lokasi gempa dan likuifaksi terparah yaitu Balaroa.
Alhamdulillah. Selalu ada keajaiban di setiap bencana. Meskipun dekat dengan area terparah, bangunan PKBM Khatulistiwa tetap berdiri utuh. Hanya saja, bencana ini juga menyisakan duka. Beberapa siswa ikut menjadi korban meninggal dunia.
Jumlah siswa pun drastis turun. Selain meninggal dunia, banyak diantara mereka keluar kota Palu dan juga kehilangan kontak akibat gempa. Tetapi, sekali lagi. Semangat untuk menebar akan pentingnya pendidikan membuat kejadian ini adalah tantangan dan harus segera bangkit. Mencari dan menemukan siswa putus sekolah untuk bisa lanjut sekolah.
Di tengah kondisi seperti ini, akhirnya langkah yang dipilih oleh Pak Surya dan tim adalah meningkatkan sosialisasi. Salah satunya dengan berkoordinasi ke kantor kelurahan setempat untuk menginformasikan sekaligus mensosialisasikan program sekolah gratis.
Kebetulan, setiap kelurahan memiliki program padat karya dalam bentuk tim pembersih area kota. Tim padat karya ini terdiri atas para ibu-ibu dan bapak-bapak dimana setiap harinya bertugas untuk membersihkan area jalan yang langsung dikoordinir oleh kantor kelurahan. Nah, pihak kelurahan sebagai fasilitator informasi. Hingga akhirnya, informasi akan sekolah gratis dari PKBM Khatulistiwa kembali menyebar.
Lambat laun kota Palu yang terkena gempa dan tsunami kembali pulih begitupun dengan kondisi kehidupan para pengajar dan murid. Secara bertahap pula jumlah murid PKBM Khatulistiwa semakin bertambah. Kebanyakan usia peserta didik PKBM Khatulistiwa dari usia remaja hingga ada yang berumur 56 tahun.Para peserta didik belajar sesuai modul yang disusun
Cobaan Pandemi yang Datang Tanpa Diundang
Wabah virus covid-19 memang begitu luar biasa dampaknya. Ekonomi jadi lumpuh dan aktivitas terbatas. Layaknya tamu tak diundang dan tidak pandang bulu, pandemi menyerang siapa saja sehingga menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan jika terkena.
Dampak pandemi juga menghantam aktivitas di PKBM Khatulistiwa. Pertemuan tatap muka dan pelatihan keterampilan harus terhenti sementara. Para peserta didik lebih memilih berdiam diri di rumah daripada harus keluar untuk proses pembelajaran.
Pak Surya dan tim pengajar lainnya juga mengalami keterbatasan ruang gerak untuk bisa melakukan pembelajaran tatap muka. Termasuk pencarian peserta didik yang ingin melanjutkan pendidikan di PKBM Khatulistiwa.
Berbekal keterbatasan fasilitas dan kemampuan teknik pengajaran, pak Surya beserta tim akhirnya juga mengadopsi sistem pembelajaran secara online. Meskipun tidak semua para murid bisa mengikuti karena keterbatasan kemampuan tetapi setidaknya langkah ini adalah solusi pembelajaran agar tetap berjalan.Peserta didik PKBM Khatulistiwa setelah menyelesaikan ujian pendidikan kesetaraan (UPK) paket A, B dan C
Disamping itu, agar mobilitas para peserta didik tidak terlalu jauh maka lokasi pembelajaran memanfaatkan 3 kawasan pendukung yang berada di Palu Utara, Palu Timur dan Palu Barat dengan 15 tenaga pengajar. Pembagian kawasan ini, benar-benar membantu para peserta didik sekaligus menjaring lebih banyak remaja putus sekolah untuk bergabung.
Pendidikan Bukan Hanya Tentang Harapan Tetapi Rasa Optimis Merubah Kehidupan
Adakah yang lebih syahdu, kala alumni peserta didik datang menemui sang guru dan berkata, “alhamdulillah saya bisa kuliah di luar negeri”?.
Bagi seorang pengajar sekaligus penggerak sekolah gratis non formal, dikunjungi alumni dan menyampaikan informasi tersebut rasanya adalah bonus tak ternilai harganya. Rasa bersyukur dan terhormat pastinya sekelebat menyelimuti hati. Benar-benar menentramkan.
Belum lagi ditambah dengan banyaknya alumni peserta didik lainnya, berhasil mendapatkan pekerjaan layak. Bukan lagi buruh bangunan atau pekerja serabutan. Tetapi pekerjaan formal yang mengandalkan ijazah dan keterampilan di dalamnya.
Dengan semangat untuk menuntaskan pendidikan 12 tahun bagi mereka yang putus sekolah. Kini, di tahun 2022 PKBM Khatulistiwa menerima sekitar 200-an peserta didik. Sebuah angka yang luar biasa untuk sekolah non formal dan gratis di kota Palu.
Dengan jumlah tersebut, pak Surya dan tim terus menambahkan juga beberapa keahlian tambahan terutama yang berhubungan dungan dunia digital. Saat ini, ternyata sudah mulai dipersiapkan materi keterampilan terkait pengelolaan sosial media, content creator dan keterampilan lainnya berbasis teknologi informasi untuk materi di tahun 2023 nanti.Surya Dharma sebagai peraih Astra Award tahun 2018 bidang pendidikan
Harapannya, setiap pendaftar program sekolah gratis, semuanya bisa lulus dan mendapatkan ijazah beserta keterampilan tambahan. Meskipun hal tersebut tidak mudah untuk dicapai, karena dibutuhkan semangat juang dari peserta didik itu sendiri, dukungan keluarga akan manfaat pendidikan ke depannya serta dorongan kuat dari tim pengajar.
Bagi pak Surya, optimisme tinggi menjadi kunci untuk tetap memberikan materi dan pelatihan tambahan terbaik. Agar ketika nanti lulus, keterampilan tersebut bisa dikembangkan dan mendukung ijazah yang dimiliki serta berguna untuk masyarakat.
Akhirnya, pak Surya berharap atas perjuangan selama ini bersama PKBM Khatulistiwa sebagai sekolah gratis non formal bisa menjadi salah satu wadah untuk memenuhi hak pendidikan setiap warga negara tanpa memandang umur dan status sosial. Menuntaskan program belajar 12 tahun setara SMA sekaligus mengubah kehidupan para peserta didik untuk bisa mendapatkan pekerjaan formal.
Masya Alloh perjuangan Pak Surya dan tim keren sekali, semoga dengan adanya PKBM Khatulistiwa akan semakin banyak anak-anak yang putus sekolah yang terbantu
ReplyDeleteMemang sayang sekali, kalau banyak remaja usia produktif yang akhirnya putus sekolah ya, Mas. Kalau pun mereka dapat pekerjaan, ya serabutan. Tidak bisa mendapat pekerjaan lebih baik lagi dengan gaji tinggi, karena harus syarat ijazah sekolah.
ReplyDeleteMakanya keren untuk Mas Surya. Dengan keterampilan yang dimiliki, mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih bagus, bahkan bisa wisausaha untuk mandiri.
Luar biasa perjuangan dan pengabdian Pak Surya untuk mengajar di sekolah gratis non formal. Pastinya sangat membantu anak-anak yang putus sekolah, semoga makin banyak juga yang peduli terhadap pendidikan untuk anak-anak yang tidak bisa lanjut sekolah. Walau sebetulnya ini tugas pemerintah dan dinas pendidikan dalam menangani permasalahan ini. Tetapi, niat baik selalu ada dari orang-orang yang memang peduli untuk pendidikan.
ReplyDeleteKagum aku dengan perjuangan pak Surya Dharma mengabdi untuk mengajar di program PKBM Khatulistiwa, bahkan juga mencari murid sendiri. Sukses selalu buat pa Surya Dharma dengan PKBM-nya...Semoga ke depannya sih engga perlu ada lagi ya siswa putus sekolah...
ReplyDeleteumumnya faktor ekonomi yang menjadi alasan sebagian masyarakat dengan ekonomi kurang tidak begitu perduli terhadap pendidikan. nyatanya paradigma itu salah, tapi ya mungkin karena berbenturan dengan kebutuan hidup jadi lebih memilih bekerja. salut dengan pencapaian dan perjuangan Pak Surya dan tim . Semoga PKBM Khatulistiwa akan terus hadir dan bisa terus membantu pendidikan anak kurang mampu hingga putus sekolah y
ReplyDeleteSemoga dngn adanya program PKBM Khatulistiwa banyak masyarakat yg ikut kebantu ya kak.. Aamiin.
ReplyDeleteMasyaAllah, keren sekali Pak Sirya Dharma menggerakkan sebuah makna penting bahwa pendidikan terutama masa belajar 12 tahun begitu penting bagi masa depan generasi penerus bangsa. Semoga berkah selalu, buat beliau.
ReplyDeleteselamat pak Surya mendapat penghargaan dari Astra, semoga bapak dan tim bisa tetap berkonstribusi terhadap pendidikan anak bangsa
ReplyDeleteKeren banget Pak Surya, beliau memberi semangat dan inspirasi buat kita utk terus berjuang dan memberi semangat kepada anak-anak putus sekolah agar bisa melanjutkan pendidikan. Sungguh mulia, dan bisa memberi contoh buat kita semua.
ReplyDeleteDedikasi Pak Surya ini harus didukung selalu agar anak-anak tidak kehilangan momen meraih pendidikannya. Semoga terus berkelanjutan dan banyak pihak yang membantu kegigihannya.
ReplyDeletePak Surya sosok inspiratif yang sepak terjangnya patut diacungi jempol. Semoga saya pribadi bisa seperti pak surya yg bermanfaat bagu orang banyak (gusti yeni)
ReplyDeleteSangat inspiratif niat mulia dan perjuangan Pak Surya demi pendidikan Indonesia yang lebih maju. Jika banyak yang punya dedikasi seperti ini pasti cita-cita Indonesia untuk memiliki kualitas pendidikan yang semakin maju akan bisa tercapai.
ReplyDeleteKeren nih perjuangan Pak Surya untuk memajukan pendidikan di daerahnya dengan menghadirkan PKBM Khatulistiwa yang 100% gratis. Salut dengan orang2 yang kepeduliannya tinggi terhadap dunia pendidikan seperti beliau. Menginspirasi dan patut diteladani
ReplyDeleteSalut banget sama usaha dan kerja keras Pak Surya Dharma untuk membangkitkan semangat belajar masyarakat Palu.
ReplyDeleteSemoga usaha beliau kian mendapatkan perhatian sekaligus dukungan dari Pemerintah Palu. Bukan hanya ASTRA tapi semua dari kita saling mendukung untuk kemajuan pendidikan dan kesejahteraan para pengajar.
Inspiratif banget perjuangan pkmb khatulistiwa ini
ReplyDeleteIkut berkontribusi dalam kemajuan pendidikan di Indonesia
masyaallah orang baik, rasanya bangga banget sama Pak Surya, manusia hebat yang memang punya jiwa sosial tinggi, pastinya dengan adanya sekolah ini banyak sekali membantu masyarakat di sana untuk menambah ilmunya dan kontribusinya dalam dunia pendidikan semoga menjadi amal ibadah ya Pak dan pemerintah harus memperhatikan orang-orang berjasa seperti Pak Surya ini untuk mendukungnya juga
ReplyDeletePerjuangan pak surya peru diapresiasi setinggi-tingginya. Dengan KBM yang gratis, zaman sekarang mana ada istilah gratis. istilahnya sakja, kencing di luaran sana harus bayar. Semoga semakin banyak KBM-KBM seperti KBM khatulistiwa di Indonesia yang membantu anak-anak yang kurang beruntung mendapatkan pendidikan yang layak.
ReplyDeleteSenang ya karena ASTRA semua orang bisa mendapatkan manfaatnya. Bahkan nominal bantuan ASTRA sangat berarti tak hanya untuk sosok Surya dalam artikel ini
ReplyDeleteSelalu takjub dengan orang-orang yang sangat peduli terhadap pendidikan generasi muda. Bencana emang bisa ngehancurin masa depan, tapi harapan di orang-orang macem pak Surya ini kudu didukung maksimal. Keren bisa dapet SIA yak, panjang umur perjuangan!
ReplyDeleteIni mantap banget ceritanya dan salut euy. Dedikasi Pak Surya dan tim untuk dunia pendidikan ini luar biasa sih menurutku, apalagi sampai bikin sekolah gratis. Semoga ASTRA terus mendukung orang-orang penuh dedikasi seperti Pak Surya ya
ReplyDeleteBanyak hal yang membuat anak-anak putus sekolah. Seperti yang disebutkan di atas, akibat gempa di Palu, dan pandemi yang melanda. Sehingga ekonomi sulit anak-anak menjadi putus sekolah. Sehat dan panjang umur ya Orang baik seperti Mas Surya. Yang sudah jadi pahlawan buat anak-anak yang putus sekolah
ReplyDelete